Ekonomi
Pergerakan Nilai Tukar Mata Uang: Analisis Penyebab Runtuhnya Rupiah
Di bawah permukaan penurunan drastis Rupiah terdapat rangkaian faktor ekonomi yang kompleks—apa yang dapat dilakukan untuk menstabilkan mata uang yang rapuh ini?

Saat kita meninjau pergerakan nilai tukar mata uang pada tahun 2024, kita tidak bisa mengabaikan penurunan signifikan Rupiah Indonesia, yang ditutup pada Rp 16.400 pada tanggal 26 Juni—depresiasi sebesar 7,01% hanya dalam paruh pertama tahun itu. Penurunan tajam ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor tetapi juga mendorong kita untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi mata uang ini.
Pada bulan Maret 2024, Rupiah mengalami penurunan bulanan terbesarnya, turun sebesar 2,56%. Pada tanggal 10 Maret, arus keluar investor asing sebesar Rp 843,43 miliar menambah tekanan, menyoroti bagaimana sentimen eksternal dapat secara dramatis mempengaruhi nilai tukar mata uang kita. Arus keluar tersebut menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap ekonomi kita, yang dapat memperburuk siklus depresiasi.
Secara historis, kita dapat menarik paralel dengan krisis finansial Asia 1998, di mana Rupiah anjlok sebesar 77,98%. Depresiasi 6,5% sepanjang tahun 2024 ini mengingatkan kita pada masa-masa sulit tersebut, mengingatkan kita betapa rapuhnya posisi ekonomi kita di bawah tekanan tertentu.
Beberapa faktor berkontribusi pada penurunan Rupiah. Pertama, kita harus mempertimbangkan dampak dari ekonomi AS yang kuat. Ketika dolar menguat, mata uang kita sering menderita, membuat impor menjadi lebih mahal dan membebani neraca perdagangan kita. Tingkat bunga yang lebih tinggi di AS juga menarik modal asing, meninggalkan pasar seperti kita rentan terhadap pelarian modal.
Selain itu, kita menghadapi tantangan ekonomi internal, khususnya ketergantungan berat pada impor dan perjuangan dalam sektor pertanian. Masalah-masalah ini menambah tekanan pada nilai tukar kita, membuat pemulihan menjadi tugas yang menakutkan.
Selanjutnya, sentimen investor memainkan peran penting dalam menentukan nilai mata uang. Ketika kepercayaan merosot, kita melihat pergeseran cepat dalam arus modal, yang mengarah pada peningkatan volatilitas dalam nilai tukar mata uang. Lingkungan saat ini menunjukkan bahwa kecuali kita mengadopsi langkah-langkah untuk menstabilkan ekonomi kita dan memulihkan kepercayaan investor, Rupiah mungkin terus menghadapi tantangan yang signifikan.
-
Ekonomi7 hari ago
Bongkar Mafia Beras, Menteri Amran Telah Diperingatkan Dua Kali
-
Politik7 hari ago
Polri Menunda Rapat Kasus Khusus tentang Ijazah Jokowi karena Permintaan TPUA
-
Ekonomi5 hari ago
BSU 2025 Dapat Ditarik di Kantor Pos, Berikut Cara Mengambilnya
-
Politik5 hari ago
Daftar 12 Calon Duta Besar yang Mengikuti Uji Kelayakan dan Kepatutan di DPR pada Hari Pertama
-
Politik2 hari ago
Rekan dekat Prabowo menjadi calon duta besar Indonesia untuk Malaysia
-
Ekonomi2 hari ago
Kekuatan Ekonomi BRICS Melebihi Rp 490.000 Triliun: Seberapa Besar Kontribusi RI?