Uncategorized
Pertamina dan Masalah Bahan Bakar Aviasi: Kerugian Rp 400 Juta Mengancam
Mengelola biaya tinggi pencurian bahan bakar penerbangan, Pertamina menghadapi kerugian yang luar biasa—solusi inovatif apa yang bisa mengubah keadaan?

Kami menghadapi masalah kritis dengan pencurian bahan bakar aviasi secara ilegal, yang telah merugikan Pertamina sekitar IDR 400 juta sejak tahun 2022. Masalah ini secara terus-menerus mengganggu rantai pasokan di Bandara Internasional Kualanamu, mempengaruhi operasi maskapai penerbangan dan meningkatkan biaya mereka. Karena ketergantungan pada pasokan bahan bakar yang stabil sangat vital, kita harus meningkatkan tindakan keamanan untuk mencegah pencurian di masa depan. Dengan berinvestasi dalam teknologi dan melibatkan komunitas, kita dapat lebih baik melindungi bahan bakar kita dan menjaga kontinuitas operasional. Masih banyak yang perlu diungkap tentang dampak dari masalah ini.
Saat kita menyelami masalah bahan bakar penerbangan yang mempengaruhi Bandara Internasional Kualanamu, jelas bahwa penyadapan ilegal avtur telah menimbulkan masalah pada rantai pasokan bahan bakar, menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi Pertamina. Sejak tahun 2022, masalah ini telah meningkat, merugikan perusahaan sekitar IDR 400 juta. Pencurian, yang ditandai dengan penyedotan 30 kiloliter avtur selama setiap operasi pemuatan dan pembongkaran, tidak hanya mempengaruhi garis bawah Pertamina tetapi juga mengganggu rantai pasokan bahan bakar untuk maskapai yang bergantung pada sumber daya vital ini.
Kita harus mengakui bahwa pencurian bahan bakar penerbangan bukan hanya masalah finansial; ini menimbulkan risiko besar terhadap efisiensi operasional dan keamanan. Maskapai bergantung pada pasokan bahan bakar yang stabil untuk mempertahankan jadwal dan komitmen mereka. Ketika pencurian terjadi, ini dapat menyebabkan keterlambatan, meningkatkan biaya operasional, dan bahkan dapat mengancam keselamatan penumpang jika tidak dikelola dengan benar. Penyedotan avtur yang berkelanjutan dari pipa telah menciptakan lingkungan ketidakpastian, di mana maskapai mungkin ragu untuk berkomitmen pada penerbangan, mengetahui bahwa ketersediaan bahan bakar terganggu.
Sebagai tanggapan terhadap krisis ini, pihak berwenang telah membuat kemajuan dalam memerangi pencurian ini. Pada tanggal 11 Februari 2025, operasi polisi berhasil mengambil kembali 29 tangki bayi yang berisi sekitar 30 kiloliter avtur yang dicuri. Operasi ini menyoroti urgensi dan kebutuhan untuk meningkatkan keamanan pipa. Namun, meskipun upaya pemulihan patut dipuji, mereka tidak dapat berfungsi sebagai solusi jangka panjang. Sangat penting bahwa kita fokus pada tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa insiden seperti ini tidak terulang.
Pertamina telah mengakui kebutuhan untuk meningkatkan tindakan keamanan pipa dan praktik pemantauan. Investasi dalam teknologi yang dapat mendeteksi akses tidak sah atau manipulasi akan sangat penting dalam menjaga rantai pasokan bahan bakar. Implementasi sistem pengawasan canggih, dikombinasikan dengan inspeksi rutin, dapat mencegah pencuri potensial dan memberikan pertahanan yang kuat terhadap pencurian bahan bakar penerbangan.
Selain itu, keterlibatan komunitas memainkan peran penting dalam melindungi sumber daya ini. Kita harus menumbuhkan budaya kewaspadaan di antara komunitas lokal, mendorong mereka untuk melaporkan aktivitas mencurigakan. Dengan bekerja bersama, kita dapat menciptakan barisan bersatu melawan pencurian bahan bakar.