Politik
Prabowo: Jika Brunei Diserang, Indonesia Juga Akan Merasakan Dampaknya
Pernyataan mendalam dari Prabowo menegaskan hubungan yang saling terkait antara Indonesia dan Brunei, mengisyaratkan implikasi yang lebih dalam bagi stabilitas regional. Tantangan apa yang akan dihadapi ke depan?

Seiring kita mempertimbangkan hubungan rumit antara Indonesia dan Brunei, menjadi jelas bahwa gangguan di satu negara secara tidak langsung mempengaruhi negara lain. Pernyataan Presiden Prabowo Subianto selama kunjungannya ke Brunei pada 14 Mei 2025 menyoroti keterkaitan mendalam ini. Ia menyatakan, “Jika Brunei terluka, Indonesia akan merasakan sakitnya,” menegaskan bukan hanya pentingnya saling mendukung, tetapi juga kedalaman hubungan bilateral kita. Sentimen ini merangkum esensi dari takdir bersama kita, menekankan betapa eratnya hubungan kedua negara kita.
Hubungan budaya yang mengikat Indonesia dan Brunei berakar pada latar belakang etnis, sejarah, dan bahasa yang sama. Unsur-unsur bersama ini menumbuhkan rasa solidaritas yang melampaui diplomasi semata. Saat kita menyelami lebih dalam hubungan kita, kita menyadari bahwa sejarah kita saling terkait, menciptakan sebuah mosaik yang memperkaya kedua bangsa.
Persahabatan yang langgeng antara Prabowo dan Sultan Hassanal Bolkiah, yang berlangsung sekitar 60 tahun, menjadi bukti kekuatan ikatan pribadi yang sering menjadi dasar hubungan diplomatik. Hubungan jangka panjang ini mengingatkan kita bahwa koneksi kita tidak hanya politik; tetapi juga manusiawi.
Tekad Prabowo untuk menjaga hubungan bilateral yang kuat mencerminkan kesadaran tajam terhadap dinamika regional yang sedang berlangsung. Ketika satu bangsa menghadapi tantangan, dampaknya dapat dirasakan di seluruh perbatasan. Bagi kita, memahami keterkaitan ini sangat penting. Stabilitas regional bergantung pada kesejahteraan Indonesia dan Brunei, sehingga sangat penting bagi kita untuk bekerja sama mengatasi setiap masalah yang muncul. Komitmen kita terhadap satu sama lain adalah sebuah kebutuhan strategis yang tidak boleh diabaikan.
Selain itu, pengakuan terhadap warisan budaya bersama kita memperkaya dialog dan kerja sama. Saat kita terlibat dalam diskusi tentang perdagangan, keamanan, dan pertukaran budaya, kita harus tetap menyadari konteks sejarah yang membentuk interaksi kita. Dengan memperkuat ikatan budaya kita, kita tidak hanya meningkatkan hubungan diplomatik tetapi juga menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam terhadap perspektif masing-masing.